MATERI DASAR
OLAHRAGA ARUS DERAS
1. PENDAHULUAN
ARUNG
JERAM atau rafting adalah kegiatan yang memadukan unsur olahraga, rekreasi,
petualangan, dan edukasi. Memang tak ada persyaratan khusus untuk mengikuti
kegiatan ini, karena hampir semua orang dapat mencobanya. Mulai dari anak-anak,
remaja sampai dewasa, bahkan orang tua yang berumur 60 tahun sekalipun.
Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat
mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu
dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor
utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak
dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko ( high
risk sport ). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia
dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan
secara kognitif, dan sehat fisik dan mental. Jadi,arung jeram adalah olah raga
yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk
berkembang.
2.
SUNGAI DAN ARUSNYA
I. Pengertian
Sungai dan Jenisnya
A.
Pengertian sungai
Sungai
adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di
sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke danau, rawa,
laut.
B.
Jenis Sungai menurut debit
airnya
Ø Sungai Permanen, adalah sungai yang
volume airnya sepanjang tahun relative tetap. Contoh: Sungai Musi, Sungai
Batanghari, Sungai Kapuas,dan Sungai Mahakam.
Ø Sungai periodic adalah sungai yang pada
waktu musim hujan airnya banyak sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit.
Contoh: Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Code, dan Sungai Brantas.
Ø Sungai Episodik adalah sungai pada musim
kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh: Sungai Kalada
Ø Sungai Ephemeral adalah sungai yang ada
airnya hanya ada pada saat musim hujan saja.
C.
Jenis Sungai menurut Asal Terbentuknya
Ø Sungai Konsekuen
adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
Ø Sungai Subsekuen
adalah sungai yang aliran airnya mengikuti batuan strike batuan.
Ø Sungai Obsekuen
adalah sungai yang aliran airnya berlawan arah dengan kemiringan lapisan batuan
serta bermuara di sungai Subsekuen.
Ø Sungai Resekuen
adalah sungai yang airnya mengalir arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara
di sungai Subsekuen.
Ø Sungai Insekuen
adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur
geografi.
D.
Berdasarkan Pola Aliran Sungai
Ø Radial atau Menjari, jenis ini dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Radial
sentrifugal adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya.
2. Radial
sentripetal adalah pola aliran sungai yang mengumpul menuju pusatnya.
Ø Dendrintik adalah
pola aliran sungai yang tidak teratur , pola alirannya seperti pohon.
Ø Trellis adalah pola
aliran yang menyirip seperti daun.
Ø Rectangular adalah
pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir 90 derajat.
II. Bagian-bagian sungai.
Bagian-bagian dari sungai bisa
dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
- Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah
erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk
V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram
dan tidak terjadi pengendapan.
- Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya
erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung
sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai
yang mencapai 180° atau lebih.
- Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan
arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara
kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
III. Arus pada sungai
·
Arus Balik (Eddies)
Arus balik adalah tempat dimana
Jeram terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu:
1. Lidah Air (Tongue)
Terbentuk
diantara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan percepatan.
Bentuknya menyerupai huruf “V”. umumnya merupakan lintasan yang terbaik untuk
diarungi.
2. Gelombang
Tegak (Standing Wave)
Karena penurunan
dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa tonjolan batuan yang
menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan gelombang terbesar,
selanjutnya lebih kecil dan akhirnya menjadi datar kembali. Barisan gelombang
ini terbentuk setengah lidah air.
3. Gelombang
Balik (Reversal)
Merupakan arus
yang berputar dari bawah keatas dan membalik kearah hulu disebabkan penurunan
dasar sungai secara ekstrim.Ada tiga jenis gelombang balik :
a) Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir
menyembul ke permukaan air.
b) Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk
diding yang hampir vertikal.
c) Gelombang pecah,
disebabkan oleh kemiringan didasar sungai dan tiba-tiba mendatar arus sungai
seakan-akan berhenti atau mengalir balik kearah hulu dan seperti pusaran.
Macam-macam eddies
:
a) Mid stream
eddies adalah eddy yang terletak ditengah sungai, seperti ada
rintangan atau batu ditengah sungai , maka akan terbentuk eddy
ditengah sungai dibalik rintangan itu.
b) Short Line
Eddies adalah eddy yang terletak dipinggir sungai, seperti adanya
tikungan, tonjolan atau lengkungan di pinggir sungai.
IV. Faktor penyebab terjadinya
jeram
A.volume air
Menunjukkan ukuran jumlah air yang
melewati satu titik tertentu di sungai dalam satuan waktu tertentu. Ukurannya
cfs ( cubiq feets per second ). Data mengenai volume air penting untuk
diketahui, bilamana volume air tinggi atau
rendah,
sehingga bisa memastikan apakah sungai bisa diarungi atau tidak. Kondisi
terbaik mengarungi sungai ketika volume mencapai 800 – 10.000 cfs. Biasanya
ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai.
Di negara kita, situasi ini dapat terjadi pada bulan April s.d November. Diluar
bulan tersebut, sifat sungai akan cepat berubah secara drastis. Sungai dengan
vol. 800 – 10.000cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan
rintangan relatif lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan vol
diatas 40.000 cfs umumnya sulit dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam
lengkungan ombak dan menabrak rintangan batu, cenderung berakibat
menghancurkan. Untuk mengetahui jumlah volume / debit air suatu sungai pada suatu
tempat dapat diukur.
B. Tingkat
kecuraman aliran sungai
Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan
nilai rata - rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada
jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan
sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat
kesulitan dan kecepatan alur aliran sungai. Sungai dengan tingkat kecuraman
lebih kecil dari 10 kaki per mil biasanya alirannya lambat dan mudah untuk
dilalui, sebaliknya bila mencapai 20 kaki atau lebih per mil baisanya arusnya
cepat, berbahaya serta sulit dilalui.
C. Tonjolan dasar sungai ( roughness )
Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak
beraturan mengakibatkan turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan
letak batu di dasar sungai, semakin besar turbulensinya ( putaran air ke hilir
).
D. Penyempitan
lebar penampang sungai ( constriction )
Penyempitan
lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan kejadian alam
lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air mengalir.
V. Tingkat kesulitan sungai
Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan
sungai:
Class I
Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari
flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat.
Rintangan yang ada pun sangat sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko berenang
di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
Class II
Sungai dengan tingkat kesulitan rendah–menengah. Cocok untuk pemula: sungai
yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas sehingga tidak
memerlukan pengamatan terlebih dahulu.
Sesekali, manuver perahu perlu
dilakukan; bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung
yang terlatih. Penumpang yang terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang
sekali mengalami cidera. Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan
tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.
Class III
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah; jeram mulai tidak beraturan dan cukup
sulit, serta dapat menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada arus deras serta
kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan
strainers mungkin ada, namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang
kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar.
Cidera saat terlempar keluar
perahu dan terhanyut masih sangat jarang; self-rescue biasanya masih mudah
dilakukan namun pertolongan bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari
resiko yang mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok
untuk kegiatan wisata keluarga atau sebagai rekreasi alternatif, karena dapat
diikuti anak-anak mulai usia 9 tahun.
Class IV
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah–tinggi. Sungai ini memiliki arus yang
sangat deras namun masih dapat diprediksi dengan pengendalian perahu yang
tepat. Teknik pengarungan sungai ini sangat tergantung karakter sungai itu
sendiri. Pasalnya, sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat beragam dan
berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan yang sama.Jeram-jeram besar,
hole, dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang
cepat. Berhenti sejenak pada arus sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum
memulai maneuver; sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada
jeram-jeram tertentu, bahaya selalu mengancam.
Resiko cidera bagi penumpang
hanyut cukup besar dan kondisi air menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga
perlu pertolongan bantuan. Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan
khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Sungai dengan
tingkat kesulitan ini sangat menyenangkan dan menjanjikan tantangan lebih.
Tentunya dengan dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan pemandu
terampil.
Class V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram yang
sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang cukup pada
sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan panjang dengan
berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko tambahan bagi seorang
pendayung.
Drops atau penurunan yang
tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal yang tak terhindari, sampai
waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai ini. Jeram yang dilewati
seringkali beruntun pada jarak cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan
fisik yang tinggi.
Kalaupun ada pusaran air tenang
(eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada
skala tertinggi, sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram
yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer,
under cut, wave train, sampai pin hole yang sangat berbahaya dan mematikan.
Terlempar keluar dari perahu pada
sungai ini sangat berbahaya dan tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan
bahkan untuk seseorang yang mahir
sekalipun. Peralatan yang tepat,
pengalaman yang luas, dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat
penting.
Class VI
Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir
tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan sangat
berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai ini sangat
berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.
Sungai dengan tingkat kesulitan
ini hanya untuk tim khusus yang memiliki keahlian tinggi–bukan untuk diarungi
perorangan–setelah seringkali mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.
Ragam klasifikasi tingkat
kesulitan sungai di atas merupakan tingkat kesulitan sungai yang ditetapkan
secara internasional. Namun, klasifikasi ini masih sangat variatif dan dapat
berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama. Hal itu karena tingkat
kesulitan ini sangat tergantung pada debit air dan kemiringan sungai. Sehingga
pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai tersebut memiliki tingkat kesulitan
yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang.
Karena itu, oleh kalangan
penggiat arung jeram, di belakang ”class sungai” sering ditambahkan tanda “+”
(plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki tingkat kesulitan III+. Artinya,
pada jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara
dengan sungai Class IV.
3. BERMAIN ARUS DERAS
A.
PERSIAPAN
a)
Persiapan
fisik dan mental
Ø Stamina yang terpelihara
Ø Ketenagan berfikir dan bertindak
Ø Penguasaan keterampilan yang baik, meliputi :
ü Kemampuan berenang
ü Kemampuan mendayung dan mengemudikan perahu
ü Berpengetahuan cukup tentang sungai dan arus
derasnya
ü M engetahui cara penyelamatan
b)
Persiapan
peralatan
1) Peralatan klompok
ü
Riverboats (Perahu)
ü
DAYUNG
ü
POMPA DAN PERALATAN REPARASI
ü TALI
PERAHU KARET
ü
PETA SUNGAI
ü
EMBER PLASTIK ATAU GAYUNG
ü
PERLENGKAPAN P3K
2) Peralatan pribadi
ü PELAMPUNG
ü PAKAIAN
ü SEPATU
ü HELM
( PELINDUNG KEPALA )
ü SURVIVAL
KIT
Peralatan kelompok
a)
Riverboats (Perahu)
Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:
1. Bow and Stern
2. Chamber atau biasa disebut tube
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line (tali kapal)
6. D-Ring
7. Handling Grip
8. Bilge Hole/self bailing
9. Valve
Jenis - jenis perahu karet :
a. Landing Craft Aluminium
Perahu
ini terbuat dari bahan aluminium dan biasanya menggunakan mesin.
b. Oval
Perahu dengan rancangan bagian
buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah masuk dan mampu
menjaga kestabilan perahu ketika melewati jeram besar.
Perahu dibagi
atas dua golongan yaitu:
1) Self Bailing Floor
Perahu
jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi dengan
lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk kedalam perahu
otomatis akan keluar dengan sendirinya.
2) Non self Bailing Floor
Perahu
ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang
masuk kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi dengan
ember/gayung untuk membuang air.
b)
Dayung
Setiap dayung terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Pegangan, berbentuk huruf “T”, biasa disebut “T grip”.
2) Gagang, terbuat dari bahan alumunium.
3) Blade/bilah, terbuat dari bahan fiber dilapisi serat karbon yang ringan dan kuat.
Namun ada pula yang terbuat dari bahan campuran plastik.
Dayung sebagai
alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa digunakan untuk
berarung jeram :
I.
Dayung kayu
Dayung ini lebih
berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan
lain.
II.
Dayung Fiberglass
Dayung ini cukup
ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai pemakainya.
III.
Dayung Alumunium
dan Plastik
Dayung ini cukup
ringan, mudah terapung, lebih kuat dari dayung lainnya. Dayung jenis ini yang lebih
banyak dipakai berarung eram.
Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu,
panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 – 5,5 kaki.
Sesungguhnya faktor penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar
badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai
pendayung awak atau pendayung kemudi/kapten.
c)
Pompa dan
peralatan reparasi
Pompa yang digunakan untuk mengisi
tabung- tabung udara perahu harus selalu dibawa pada saat mengarungi sungai.
Sebab hal itu untuk menjaga bila udara dalam tabung-tabung itu berkurang /
kempes. Dimaksudkan dengan peralatan reparasi berkaitan dengan reparasi pompa
dan perahu ( karena sobek, berlubang dan lain-lain ).
d)
Talli
perahu karet
Tali Penyelamat (Throw bag)Ini termasuk wajib dalam berarung jeram. Tali
ini minimal tersedia satu buah dalam setiap perahu. Idealnya ada sejumlah crew
dalam perahu. Untuk menolong anggota team yang terlempar keluar perahu dan
jatuh di air liar. Suatu saat tali ini banyak membantu dalam kasus-kasus
ekspedisi. Tali ini sering disebut juga Lifeline.
Syarat yang paling dituntut dari
tali ini dalam kegiatan Arung Jeram adalah daya tampung yang
tinggi, mudah dilihat (warna mencolok) dan tentu saja kekuatannya. Syarat
minimal, ia harus mampu menahan berat 1000 kg. Tali ini akan memiliki warna
yang elektrik dan kantungnyapun berwarna elektrik. Begitu ada rekan yang jatuh
ke air throw bag harus berfungsi baik ketika dilempar. Tidak boleh ada tali
yang kusut atau bundet, oleh karena itu harus disusun sedemikian rupa.
e)
Peta sungai
Biasanya digunakan adalah topografi sungai.
Bermanfaat sebagai petunjuk memperkirakan situasi medan dan kondisi sungai yang
akan diarungi, juga daerah aliran sekitar sungai tersebut.
f)
Ember
plastik atau gayung
Digunakan untuk menimba air
yang masuk ke dalam bagian dalam perahu. Biasanya penggunaan ember / gayung ini
dilakukan apabila air yang masuk masih relatif sedikit. Bila sudah terlalu
banyak, untuk membuangnya lebih efisien dengan membalikkan perahu, yang
tentunya terlebih dahulu perahu tersebut dibawa ke tepi. Pentingnya membuang
air yang masuk ke dalam perahu ini adalah agar perahu mudah dikendalikan.
g)
Peralatan
P3K
Mutlak
harus dibawa. Jenis dan jumlah obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan
dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
Peralatan Pribadi
1) PFD (Personal Floating
Device)/Life Jackets (Pelampung)
Seperti perahu, PFD
atau pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Ia terbuat dari bahan
polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang berwarna terang. US Coastal
Guard menganjurkan memakai PFD type III pada setiap kegiatan arung jeram.
Pelampung jenis ini yang paling umum digunakan pula oleh para rafter dalam
setiap pengarungannya.
Setiap PFD Type III
memiliki daya apung tinggi– dihitung berdasarkan berat tubuh rata-rata saat
berada di dalam air. Maka anda tidak perlu takut tenggelam saat berada di dalam
air.
Cara pemakaian PFD/Pelampung:
- Pilihlah
PFD yang berwarna cerah. Pastikan tidak ada lubang atau jahitan yang
terlepas pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan
dilepas dengan mudah. Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada,
pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar.
- PFD
atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan setiap
strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur
keeratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak
terlalu sempit atau longgar.
Setelah anda selesai memakai PFD,
lakukan gerakan berikut:
- Pada
posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD yang
digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami
pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada
satu garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi
pegeseran, atur kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu dan
ragu untuk minta skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini.
- Pada
posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke kiri
dan kanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang digunakan
tidak menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur kembali
keeratan setiap strap yang ada.
- Masih
dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta bantuan
skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda gunakan pada
bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan tubuh anda
ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas telinga anda.
Jika ya, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
2)
Pakaian
Pakaian yang tepat untuk berarung jeram adalah pakaian yang memungkinkan kita
tetap leluasa dalam bergerak.
3)
Sepatu
Untuk melindungi kaki dari
kemungkinan terluka, gunakan jenis sepatu yang dapat melindungi mata kaki,
namun pergelangan kaki dapat tetap bergerak bebas, termasuk memudahkan untuk
berenang.
4)
Helm
Pilihlah helm sesuai
dengan ukuran kepala. Pastikan tidak ada keretakan pada helm tersebut, serta
semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik. Pakailah seperti pemakaian
helm pada umumnya.
Atur strap senyaman
mungkin; jangan terlalu sempit atau terlalu longgar agar tidak mengganggu
pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan strap sudah terpasang dan
pada posisi yang benar.
5) Survival kit
Perlengkapan survival, harus
selalu melekat di badan, tetapi usahakan jangan sampai mengganggu gerakan kita.
Biasanya terdiri dari pisau lipat, korek api tahan air, dll. Sebagaimana
disebut di atas, lamanya waktu mengarungi sungai juga mempengaruhi barang yang
harus dibawa. Jadi peralatan tambahan diperlukan bila pengarungan memerlukan
waktu sekurang-kurangnya satu minggu,yaitu:
1. Handy
talky untuk komunikasi dengan tim darat.
2. Container
kedap air
3. Bahan
makanan
4. Perlengkapan
kemah
5. Peralatan
masak, makan, minum.
4. PADDLE COMMAND (INSTRUKSI DALAM PENGARUNGAN)
Setelah
anda terbiasa dengan cara memegang dayung, anda akan diberikan instruksi cara
menggunakan dayung tersebut. Instruksi ini disebut paddle command. Prinsip
dalam menggunakan dayung, adalah tenaga disalurkan pada kedua lengan yang
menggerakkan dayung untuk mengatur dan mengarahkan gerak perahu. Arah dayungan
tersebut dibantu gerakan badan; disesuaikan dengan tenaga yang diperlukan untuk
mengatur dan mengarahkan gerak perahu.
Basic Paddle Technic, instruksi tentang teknik dasar mendayung, yaitu:
a) Dayung Maju (Forward Stroke)
Jika blade dayung dimasukan
kedalam air dan didorong ke belakang, maka akan menimbulakan tenaga yang dapat
menggerakkan perahu kedepan. Semakin dalam memasukan blade dayung kedalam air
ditambah dengan tenaga tarikan yang kuat maka tenaga untuk menggerakan perahu kedepan
akan besar pula. Dayungan dengan tenaga yang besar ini diperlukan jika perahu
harus menerobos hole yang cukup besar, dimana diperlukan kecepatan
perahu yang cukup tinggi.
b) Dayung Balik (Backward Stroke)
Dayung balik atau dayung mundur adalah
jika blade dayung dicelupkan kedalam air lalu dayung didorong kedepan
maka akan menimbulkan tenaga yang dapat menggerakan perahu ke belakang. Pada
saat mendorong blade dayung kedepan jangan menggunakan tangan sebagi poros
putar karena tidak akan menimbulkan dayungan yang bertenaga. Yang paling
efektif adalah menggunakan pinggang sebagai poros putar. Dayung balik ini
sangat efektif untuk mengurangi kecepatan perahu jika harus melakukan
manuver-manuver cepat jarak pendek.
c) Dayung Tarik (Draw Stroke)
Jika blade dayung dimasukan
kedalam air tetapi posisi badan menjulur keluar untuk menempatkan blade dayung
kedalam air agak jauh dari badan perahu, lalu ditarik kearah badan perahu.
Dayung tarik ini sangat efektif untuk menggeser posisi perahu diatas air ketika
melalkukan manuver perahu.
d) Dayung Menyamping (Pry Stroke)
Biasanya dilakukan oleh skiper
atau pengemudi yang duduk diburitan perahu. Gerakan yang dilakukan merupakan
kebalikan dari dayung tarik, dapat sebagai pelengkap mengendalikan perahu.
Dayung Pry Stroke dibagi menjadi dua :
1. C Stroke
Dayung ini digunakan
untuk membelokan perahu dengan cepat, caranya dayung digerakan membentuk huruf
“ C” baik dari depan ke belakang ataupun sebaliknya.
2. J Stroke
Caranya dayung digerakan membentuk
huruf “J” dari depan ke belakang. Biasanya digunakan untuk mempertahankan
kemiringan.
3. Scaling
Digunakan dalam mempertahankan
kemiringan sudut arah perahu dan juga bila memasuki jeram. Sangat efektif untuk
mengemudikan perahu tanpa bantuan awak perahu lainnya. Caranya dengan
mengkombinasikan beberapa dayungan atau semua dayungan tersebut diatas.
5. POSISI DUDUK DI PERAHU
a) Cowboys Style
Posisi mendayung ini dilakukan dengan cara duduk
ditabung perahu dan posisi kaki direnggangkan untuk menjepit tabung yang
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh diperahu. Kelemahan duduk di posisi ini
adalah kaki yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena sebagian anggota
tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun tebing yang
ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style biasanya
diperagakan hanya pada arus yang tenang.
b) Ladies style
Posisi ini digunakan dimana kedua kaki berada
didalam perahu dan biasanya ujung kaki diselipkan pada tempat yang telah
disediakan. Posisi itu sangat nyaman karena jauh dari benruran batu atau
tebing.
Perahu yang digunakan dalam berarung
jeram bukan sekedar yang bisa mengambang. Perahu di tahun 80an keatas sudah
dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bailing), dapat melakukan
manuver dengan cepat, sangat kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling
mendukung bila ada salah satu tabungnya ada yang bocor.
Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap peserta
adalah hal yang utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan
kegiatan arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung
jeram tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor
manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.Meski begitu, anda
tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu kegembiraan yang
akan anda rasakan saat bermain-main dengan air.
Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat
melakukan kegiatan arung jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda
dipandu skipper yang berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan. Sehingga
hal terbaik yang harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan diri
sebelum datang tim rescue yang akan membantu anda.
Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan
arung jeram, adalah menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan
penyelamatan terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam
kondisi yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:
1. Swimmer
Swimmer adalah istilah yang digunakan oleh kalangan
boater untuk menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu saat berarung
jeram. Jika anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan
mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan arung jeram,
tidak perlu khawatir.
Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami
hal ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita menarik
bagi rekan-rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang mengalami. Namun
tak sedikit pula peserta yang tidak mengalaminya dalam setiap kegiatan yang
diikuti.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer:
Jangan panik!Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda
tidak akan tahu apa yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah
anda dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya anda harus menyadari dan
mengetahui situasi di sekeliling anda.
2. Teknik berenang di arus
a. Defensive swimming position
Defensive swimming position adalah berenang mengikui
arus dalam posisi terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada di
atas air untuk menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada
arus deras dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan sebagai pengatur
keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai
rintangan lainnya.
Ingat … walaupun tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive
swimming dan anda mulai menikmatinya, anda tidak dalam posisi yang benar-benar
aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan segera keluar dari air.
Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal sekalipun, sebelum anda
mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang cukup tenang.
b.
Aggressive swimming position
Aggressive swimming position adalah berenang dengan
cara melawan arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan posisi
menghadap ke hulu. Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari
strainer, sieves, undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang
lain dengan cepat. Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada
arus sungai yang relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus deras, tenaga
anda akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus deras.